
Kalabahi, 19 Mei 2025 — Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI menegaskan pentingnya peningkatan
kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai ujung tombak pelayanan publik
yang unggul dan berdaya saing. Dalam Rapat Koordinasi Pengembangan SDM
se-Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berlangsung di Kabupaten Alor, Direktur
Pembelajaran Karakter dan Sosial Kultural LAN, Deny Junanto, Ph.D,
menyampaikan ceramah bertajuk "Pengembangan Kompetensi Manajerial dan
Sosial Kultural ASN."
Dalam paparannya di hadapan para Kepala
BKPP/BKPPD/BKPSDM/BKPSDMD Kabupaten/Kota, dan Pejabat yang mewakili serta
panitia penyelenggara dari BPSDMD Provinsi NTT, Deny menjelaskan bahwa
penguatan kapasitas ASN menjadi krusial untuk mendukung visi pembangunan
nasional 2024–2029 yang diusung Presiden Prabowo Subianto, yakni Asta Cita.
“ASN adalah pelaksana kebijakan publik yang memegang peran strategis dalam
mencapai tujuan nasional,” ujarnya.
Tiga Pilar Kompetensi ASN
LAN menekankan pentingnya pengembangan tiga pilar
kompetensi ASN:
1.
Kompetensi Manajerial – mencakup kemampuan merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan
mengawasi kinerja organisasi.
2.
Kompetensi Sosial Kultural – mencerminkan kemampuan ASN untuk berinteraksi secara produktif dalam
masyarakat majemuk.
3.
Kompetensi Teknis – berkaitan dengan penguasaan bidang keahlian masing-masing ASN.
Pengembangan dilakukan melalui berbagai pendekatan
seperti pelatihan klasikal, nonklasikal, e-learning (MOOC), coaching dan
mentoring. Berdasarkan PP 17 Tahun 2020, setiap ASN diwajibkan mengikuti
pelatihan minimal 20 jam pelajaran (JP) per tahun.
Kompetensi Sosial Kultural: Pilar
Keberagaman ASN
Salah satu fokus utama ceramah adalah penguatan Kompetensi
Sosial Kultural, yang dinilai penting dalam membentuk ASN yang inklusif dan
responsif terhadap keberagaman suku, agama, budaya, dan nilai-nilai masyarakat.
Pelatihan ini dibagi dalam tiga jenjang, mulai dari
pengenalan keberagaman hingga kemampuan membangun lingkungan kerja yang
produktif dan harmonis. Materi pelatihan mencakup kecerdasan emosi, komunikasi
lintas budaya, manajemen konflik sosial, hingga strategi gotong royong dalam
pembangunan.
“ASN harus menjadi jembatan antarbudaya, bukan sekadar
pelayan administratif. Mereka harus hadir sebagai agen pemersatu bangsa,” ujar
Deny.

Kepemimpinan Berbasis Kolaborasi
dan Inovasi
Dalam aspek manajerial, LAN mendorong integrasi antara
kemampuan teknokratis dan kepemimpinan pelayanan publik. ASN dituntut untuk:
·
Merancang perencanaan strategis,
·
Mengelola kinerja berbasis indikator,
·
Mendorong inovasi dan digitalisasi
layanan,
·
Mengambil keputusan berdasarkan
data (evidence-based policy).
Selain itu, kepemimpinan ASN masa kini dituntut untuk
bersifat kolaboratif, dengan mengedepankan kerja sama lintas sektor dan
pelibatan masyarakat dalam proses pelayanan publik.
ASN sebagai Agen Perubahan
Menutup ceramahnya, Deny mengajak seluruh peserta
Rakor untuk terus belajar dan berinovasi. “ASN harus menjadi agen perubahan
yang adaptif, etis, dan melayani. Hanya dengan begitu, pelayanan publik kita
akan benar-benar menyentuh masyarakat,” pungkasnya.
Acara ini menjadi
bagian dari upaya LAN dalam memperkuat kapasitas SDM aparatur daerah, khususnya
di wilayah timur Indonesia, guna mewujudkan birokrasi yang profesional dan
berintegritas. *** (Greg)
*** Berita ini telah dimuat pada website: bpsdmd.nttprov.go.id